Bismillahirrohmanirrohim...
Saat usaha terus berkembang, kehadiran karyawan dirasa perlu untuk melancarkan bisnis Anda. Jumlahnya mungkin tidak banyak, namun perkara SDM ini bakal jadi tantangan tersendiri. Salah memilih, membina dan menguturnya, bisa-bisa ‘mesin’ bisnis Anda justru stop di tengah jalan. Bila ingin bisnis rumahan Anda maju pesat, simak tips iniopiniku.com berikut ini yang akan berbagi cara bagaimana membina karyawan untuk bisnis Anda atau Usaha Kecil Menengah (UKM), menurut arahan dari Trialiati Gunamertha, praktisi pengelola SDM:
1. Mencari Orang Yang Tepat. Sebagai bisnis yang baru berkembang, UKM memiliki keterbatasan dalam membayar karyawan sesuai dengan harga pasar tenaga kerja. Akibatnya, UKM kesulitan untuk menemukan calon karyawan terbaik yang ada di bursa kerja. Untuk menyiasatinya, Anda sebaiknya terlebih dulu membuat check list tentang kriteria yang dicari dari seorang karyawan. Lakukan proses seleksi dengan memperhatikan faktor profi, kompetensi dan karakter kandidat. Sebaiknya sikap kerja, karakter dan motivasi menjadi hal yang lebih Anda pertimbangkan, dibanding kompentensi. “Karena karakter sulit diubah, sedangkan kompetensi dapat dikembangkan,” kata Trilianti, yang akrab disapa Lita. Biasanya kandidat berkualitas bisa didapat dari referensi jaringan teman, saudara hingga rekan bisnis. Seperti yang dilakukan oleh Aghnia Nabila R, pemilik usaha kuliner L’Risolles, yang telah memulai bisnisnya sejak duduk di bangku SMA. Saat Pesanan risolesnya meningkat, ia merekrut tetangga sekitar rumah untuk membantu usahanya. “Berbekal trust, saya merekrut mereka, baru kemudian saya beri pelatihan, bagaimana cara membuat produk sesuai standar mutu yang saya terapkan,” kata Aghnia yang kini telah memiliki 4 karyawan tetap dan 2 pekerja paruh waktu.
2. Memotivasi Kerja Karyawan. Sebagai pengusaha, Anda dituntut mampu mengatur kinerja semua karyawan agar bisa bersama-sama mencapai target usaha yang telah ditetapkan. Agar misi karyawan sejalan dengan usaha, Lita menyarankan agar jangan ragu membimbing dan membantu mereka menemukan motivasi pribadi dalam memenuhi target yang diberikan. Silvia Kurniasih, pemilik usaha Aksesoris Origo Accessories, menyiasati dengan turun langsung membuat aksesori bersama karyawannya. “Sambil merangkai aksesori di workshop, saya ajak mereka ngobrol,” ungkap Silvia, yang dengan cara inijadi makin mengenal karyawannya secara personal. Bagi karyawan, bimbingan menemukan motivai pribadi dalam memenuhi target kerja akna menggerakkan mereka untuk terus berjuang. Karena, ia akan merasa menemukan apa yang dicarinya dalam perusahaan. Intinya, karyawan harus berjuang untuk cita-citanya, bukansemata-mata untuk target perusahaan.
3. Mengembangkan Kompetensi Karyawan. Umumya, karyawan yang bekerja di UKM tidak memiliki pendidikan yang cukup tinggi. Bahkan tak jarang mereka putus sekolah. Bagi Silvia dan Aghnia, hal ini bukanlah kendala. Silvia misalnya, yang terpenting baginya adalah karyawan tersebut mau belajar. Ia pun tak ragu mentransfer ilmunya kepada karyawannya. “Setiap ada desain baru, saya memberikan contoh dan mengajarkan kepada mereka. Jika sudah terampil, saya bebaskan mereka berkreasi,” beber Silvia. Berbeda dengan Aghnia. Walaupun tidak pernah memberikan pelatihan khusus kepada karyawan, ia sering mengikuti training pengelolaan SDM yang diselenggarakan oleh berbagai institusi dan perusahaan swasta. “Hasil training saya bagikan dan terapkan kepada karyawan. Misalnya, memberi latiha cara melayani customer dengan baik. Berpakaian sopan dan rapi, hingga bagaiman bekerja dalam tim,” kata Aghnia. Sedangkan sara Lita, untuk memastikan kinerja karyawan tetap prima, lakukan group coaching secara tatap muka.
4. Mempertahankan Karyawan. Saat kemampuan karyawan terus meningkat dan dapat bekerja dengan baik, tentunya Anda tidak ingin kehilangan mereka. Untuk itu, penting untuk membuat karyawan ‘bintang’ ini tetap loyal. Caranya adalah dengan membanung rasa keterikatan terhadap usaha dan pekerjaannya. Pada dasarnya karyawan akan merasa terikat jika perusahaan memahami kebutuhan mereka dan berusaha memenuhinya. Hargailah karyawan yang mampu dan telah bekerja dengan luar biasa. Salah satunya dengan menerapkan strategi pay for person, yaitu memberikan penghargaan lebih berupa bonus perorangan. Aghnia pun telah menerapkan hal ini. Ia tidak pernah lupa memberikan penghargaan pada karyawannya yang telah bekerja dengan baik. “Saya beri reward berupa uang bonus yang lebih besar untuk karyawan terbaik. Saya sengaja mengungkapkan jumlah bonus secara terbuka agar memacu semangat yang lain untuk bekerja lebih keras,” ujar Agnia.
5. Menghadapi Tuntutan Finansial. Kala usaha masih pas-pasan, alokasi gaji dan binus tentu belum bisa setinggi rata-rata gaji di bursa kerja. Tidak dapat dihindari bahwa karyawan juga memiliki banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Dampaknya, mereka menuntut kenaikan gaji, tambahan bonus hingga pinjaman kepada perusahaan. Menghadapi kondisi semacam ini, Aghnia selalu berusaha memenuhi tuntutan keryawannya, namun disertai pula dengan kenaikan target.“Bila tidak bisa dipenuhi, tentu gajinya akan saya kembalikan seperti semula,” ungkapnya.
6. Memberhentikan Karyawan. Tidak selamanya karyawan yang Anda miliki bekerja dengan baik. Tak jarang, ada pula karyawan nakal yang merugikan perusahaan. Namun, menurut Lita, memutuska hubungan kerja tidak hanya sebatas kalimat. “Anda saya berhentikan!”Ada aturan mainnya antara karyawan dan perusahaan, yang sama-sama memiliki hak dan kewajiban. Meskipun jumlah karyawan yang terlibat dalam usaha hanya sedikit, Lita menyarankan agar tetap membuat kontrak kerja yang sederhana namun jelas. Cantumkan beberapa kesalahan fatal karyawan yang dapat menyebabkan ia di-PHK seketika, seperti mencuri, asusila, berbohong, mabuk, hingga melakukan tindak pidana lainnya. Untuk pelanggaran ringan, bisa ditindaklanjuti dengan teguran lisan hingga skors. Risiko memiiki karyawan yang tidak jujur pernah dialami Silvia. Suatu kali ia pernah mendapati beberapa lembar uang hasil penjualan aksesori yang disimpan dalam laci, hilang. Tapi, Silvia tidak memiliki bukti siapa yang telah mengambil uang tersebut. Tidak ingin memecat orang yang salah, namun tetap ingin mencegah hal serupa terulang kembali, ia memanggil seluruh karyawan dan menekankan tentang sanksi berat jika hal yang sama terulang kembali.“Hingga kini, saya tidak pernah lagi mengalami kehilangan uang atau barang,” ungkapnya.
7. Menentukan Gaji dan Bonus. Menurut Lita, remunerasi terbagi atas pendapatan tetap (fixed income) + pendapatan tidak tetap (flexible income) + tunjangan + perks (fasilitas). Bagi UKM, fixed income merupakan alokasi dana karyawan yang harus ditekan. Karena pendapatan tetap ini akan terus dibayar sepanjang tahun, meskipun penjualan sedang down. Selain itu, pendapatan tetap seperti gaji pokok juga menjadi faktor untuk menghitung besarnya THR, jamsostek serta bonus. Lain halnya dengan flexible income, seperti bonus, insentif, uang makan dan uang transpor yang bisa diatur sesuai dengan kriteria, inflasi/deflasi hingga kehadiran. Untuk menghemat keuangan perusahaan, namun tetap mengakomodasi kebutuhan karyawan, rumusnya adalah menekan fixed income serendahnya dan memberikan flexible income yang disesuaikan dengan kinerja serta keuntungan lainnya yang menyenangkan karyawan. Dengan fixed income yang rendah namun flexible income yang tinggi, total remunerasi setahun yang bisa dibawa pulang karyawan bisa jadi malah lebih besar. Flexible income yang dikaitkan dengan reward, bisa diberikan dalam bentuk non-tunai, misalnya, liburan ke luar kota hingga memberikan fasilitas beasiswa. Dampaknya, karyawan merasa dihargai hasil kerjanya dan ia akan semakin loyal.
Sumber : Iniopiniku.com
0 komentar:
Post a Comment