Monday, April 23, 2012

Memahami White Balance dalam Fotografi


BelajarFotografi | Setiap pemilik kamera digital atau handphone kelas menengah yang dilengkapi kamera, paling tidak pernah menemui istilah white balance. Jadi apa itu white balance? Kenapa harus peduli?
Oke mari kita bahas dengan cara yang gampang dan aplikatif.
White balance adalah aspek penting dalam dunia fotografi dan berpengaruh pada hasil akhir foto. Alasan kenapa kita perlu memahami white balance adalah karena kita ingin warna foto kita seakurat mungkin. Jadi, white balance berpengaruh terhadap warna foto.
Agar lebih jelas silahkan lihat contoh foto dibawah ini:
Ketiga foto diatas adalah foto yang identik, bahkan ketiganya berasal hanya dari satu foto. Saya hanya mengubah setting white balance-nya dan hasilnya: ketiganya sangat berbeda warnanya. Foto A tampak sangat kebiruan, foto B terlihat cukup normal dan foto C terlihat kekuning-kuningan.
Perhatikan warna cahaya lampu neon dan lampu bohlam, beda bukan? itu karena masing-masing neon dan bohlam memiliki ”temperatur warna“ yang berbeda. Cahaya yang kekuningan (bohlam) disebut hangat sementara cahaya yang kebiruan (neon) disebut dingin.
Alasan kenapa kamera memerlukan setting white balance adalah karena kita memotret dalam kondisi pencahayaan yang berubah-rubah. Mata telanjang kita adalah alat yang super canggih dan mampu beradaptasi (menyeimbangkan) terhadap perubahan warna cahaya, jadi kertas putih dimanapun akan tampak putih bagi kita. Namun kamera tidaklah secanggih mata, karena itu kertas putih belum tentu terlihat putih bagi kamera dalam warna pencahayaan yang berbeda.
Jadi tujuan setting white balance adalah memerintahkan kamera agar mengenali temperatur sumber cahaya yang ada. Supaya yang putih terlihat putih, merah terlihat merah dan hijau terlihat hijau, atau dengan kata lain agar kamera merekam warna obyek secara akurat dalam kondisi pencahaayan apapun.
Bagaimana Cara Setting White Balance?
Setiap kamera memiliki cara setting yang berbeda, oleh karena itu anda harus merujuk pada buku manual jika memang sejauh ini belum menemukan caranya. Anda bisa mencari buku manual kamera disini. Kalau anda masih bingung, gunakan mode auto white balance. Kamera mungkin tidak selalu benar namun paling tidak lebih banyak benar.
Preset
Anda juga bisa menggunakan preset jika memang tersedia di kamera anda:
  • Auto – kamera akan menebak temperatur warna berdasar program yang ditanam dari sononya oleh pembuat kamera. Anda bisa menggunakannya pada kebanyakan situasi, namun tidak disetiap situasi (misal: memotret saat sunset/sunrise)
  • Tungsten – disimbolkan dengan ikon bohlam. Karena itu cocok digunakan saat anda memotret di ruangan dengan sumber cahaya bohlam.
  • Fluorescent – disimbolkan dengan ikon lampu neon, gunakan saat memotret di ruangan dengan pencahayaan lampu neon.
  • Daylight – biasanya dengan simbol matahari, gunakan saat berada di bawah sinar matahari
  • Cloudy – disimbolkan dengan awan, gunakan saat memotret di cuaca mendung
  • Flash – simbolnya kilat, jika anda menggunakan lampu flash (strobe) gunakan preset ini.
  • Shade – biasanya simbolnya rumah atau pohon, gunakan saat memotret dalam rumah (siang hari) atau anda berada di daerah bayangan – bukan sinar matahri langsung.
Cara Setting White Balance Secara Manual
Beberapa kamera, terutama SLR dan prosumer, menyediakan fasilitas setting white balance manual. Setting manual adalah cara paling akurat jika kita bingung dengan temperatur warna sumber cahaya kita. Ini biasanya terjadi dalam pemotretan dengan sumber pencahayaan yang lebih kompleks (lebih dari satu jenis temperatur warna).
Kita bisa memanfaatkan kertas putih untuk tujuan ini. Set white balace mode di custom atau manual, kemudian arahkan kamera supaya membidik kertas ini kemudian jepret. Kamera akan mendeteksi warna putih dan menyimpan temperaturnya, akan muncul konfirmasi di layar LCD kamera kalau setting sudah OK.
Cara yang lebih mudah dan akurat adalah dengan menggunakan aksesoris tambahan yang bernama expodisc atau kenko, harganya berkisar dari Rp. 800 ribu s/d Rp. 1,5 Juta. Anda bisa membeli-nya di toko-toko kamera besar di Jakarta dan Surabaya.

Posted By Dhietcorner8:46:00 PM

Memahami Shutter Speed dalam Fotografi


BelajarFotografi | Secara definisi, shutter speed adalah rentang waktu saat shutter di kamera anda terbuka. Secara lebih mudah, shutter speed berarti waktu dimana sensor kita ‘melihat’ subyek yang akan kita foto. Gampangnya shutter speed adalah waktu antara kita memencet tombol shutter di kamera sampai tombol ini kembali ke posisi semula.
Supaya mudah, kita terjemahkan konsep ini dalam beberapa penggunaannya di kamera:
  • Setting shutter speed sebesar 500 dalam kamera anda berarti rentang waktu sebanyak 1/500 (seperlimaratus) detik. Ya, sesingkat dan sekilat itu. Sementara untuk waktu eksposur sebanyak 30 detik, anda akan melihat tulisan seperti ini: 30’’
  • Setting shutter speed di kamera anda biasanya dalam kelipatan 2, jadi kita akan melihat deretan seperti ini: 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30 dst. Kini hampir semua kamera juga mengijinkan setting 1/3 stop, jadi kurang lebih pergerakan shutter speed yang lebih rapat; 1/500, 1/400, 1/320, 1/250, 1/200, 1/160 … dst.
  • Untuk menghasilkan foto yang tajam, gunakan shutter speed yang aman. Aturan aman dalam kebanyakan kondisi adalah setting shutter speed 1/60 atau lebih cepat, sehingga foto yang dihasilkan akan tajam dan aman dari hasil foto yang berbayang (blur/ tidak fokus). Kita bisa mengakali batas aman ini dengan tripod atau menggunakan fitur Image Stabilization (dibahas dalam posting mendatang)
  • Batas shutter speed yang aman lainnya adalah: shutter speed kita harus lebih besar dari panjang lensa kita. Jadi kalau kita memakai lensa 50mm, gunakan shutter minimal 1/60 detik. Jika kita memakai lensa 17mm, gunakan shutter speed 1/30 det.
  • Shutter speed untuk membekukan gerakan. Gunakan shutter speed setinggi mungkin yang bisa dicapai untuk membekukan gerakan. Semakin cepat obyek bergerak yang ingin kita bekukan dalam foto, akan semakin cepat shutter speed yang dibutuhkan. Untuk membekukan gerakan burung yang terbang misalnya, gunakan mode Shutter Priority dan set shutter speed di angka 1/1000 detik (idealnya ISO diset ke opsi auto) supaya hasilnya tajam. Kalau anda perhatikan, fotografer olahraga sangat mengidolakan mode S/Tv ini.
  • Blur yang disengaja – shutter speed untuk menunjukkan efek gerakan. Ketika memotret benda bergerak, kita bisa secara sengaja melambatkan shutter speed kita untuk menunjukkan efek pergerakan. Pastikan anda mengikutkan minimal satu obyek diam sebagai jangkar foto tersebut. Coba perhatikan foto dibawah:


Sumber : belajarfotografi.com

Posted By Dhietcorner8:43:00 PM

Memahami Pengertian Aperture dan Depth Of Field dalam Fotografi


Definisi aperture adalah ukuran seberapa besar lensa terbuka (bukaan lensa) saat kita mengambil foto.
Saat kita memencet tombol shutter, lubang di depan sensor kamera kita akan membuka, nah setting aperture-lah yang menentukan seberapa besar lubang ini terbuka. Semakin besar lubang terbuka, makin banyak jumlah cahaya yang akan masuk terbaca oleh sensor.
Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan f-stop. Sering kita membaca istilah bukaan/aperture 5.6, dalam bahasa fotografi yang lebih resmi bisa dinyatakan sebagai f/5.6. Seperti diungkap diatas, fungsi utama aperture adalah sebagai pengendali seberapa besar lubang didepan sensor terbuka. Semakin kecil angka f-stop berarti semakin besar lubang ini terbuka (dan semakin banyak volume cahaya yang masuk) serta sebaliknya, semakin besar angka f-stop semakin kecil lubang terbuka.
apertureJadi dalam kenyataannya, setting aperture f/2.8 berarti bukaan yang jauh lebih besar dibandingkaan setting f/22 misalnya (anda akan sering menemukan istilah fully open jika mendengar obrolan fotografer). Jadi bukaan lebar berarti makin kecil angka f-nya dan bukaan sempit berarti makin besar angka f-nya.
Depth of Field
Depth of field – DOF, adalah ukuran seberapa jauh bidang fokus dalam foto. Depth of Field (DOF) yang lebar berarti sebagian besar obyek foto (dari obyek terdekat dari kamera sampai obyek terjauh) akan terlihat tajam dan fokus. Sementara DOF yang sempit (shallow) berarti hanya bagian obyek pada titik tertentu saja yang tajam sementara sisanya akan blur/ tidak fokus.
PICT0235_mdUntuk mendapatkan DOF yang lebar gunakan setting aperture yang kecil, misalkan f-22 (makin kecil aperture makin luas jarak fokus) – lihat contoh foto diatas. Sementara untuk mendapat DOF yang sempit, gunakan aperture sebesar mungkin, misal f/2.8 – lihat contoh foto dibawah.
PICT0236_mdKonsep Depth of Field ini akan banyak berguna terutama dalam fotografi portrait dan fotografi makro, namun sebenarnya semua spesialisasi akan membutuhkannya.

Posted By Dhietcorner8:37:00 PM

5 Settingan Yang Harus Diperiksa Sebelum Mulai Memotret


BelajarFotografi | Pernah tidak mengalami kejadian seperti ini?
  • Anda pulang dari acara memotret dan baru menyadari bahwa tadi di sepanjang pemotretan anda menggunakan ISO 1200, padahal acaranya dilaksanakan di siang bolong saat ISO 100 saja cukup
  • Anda baru menyadari bahwa anda menggunakan settingan white balance untuk mendung, padahal dari awal acaranya dilakukan diruangan dengan penerangan lampu neon
Kesalahan mendasar seperti ini membuat kita harus bersusah payah melakukan koreksi pada foto, kalau satu dua sih tidak masalah, kalau ratusan foto?. Okelah, mungkin dengan bantuan software kita bisa melakukan koreksi dengan relatif cepat, tapi bukankah lebih enak kalau kesalahan seperti ini bisa dihindari sejak awal.
Ada 5 hal mendasar yang harus selalu kita periksa sebelum jari kita memencet tombol shutter pertama kali. Silahkan:

1. Periksa Settingan White Balance Anda

Settingan White Balance
Gunakan settingan white balance yang sesuai dengan kondisi, atau kalau anda percaya dengan kamera, set white balance di posisi auto. Baca lebih jauh tentang white balance.

2. Hidupkan Highlight Warning Kamera

Highlight Warning
Tips ini ampuh untuk menghindari foto yang overexposure. Highlight warning adalah penanda yang muncul di layar LCD kamera saat ada bagian foto yang terbakar alias overexposed.

3. Periksa Setting ISO

Settingan ISO
Settingan ISO menentukan seberapa peka sensor kamera kita terhadap cahaya, makin tinggi angkanya semakin peka. Kalau tadi malam anda memotret pesta ulang tahun teman anda di restoran, pastinya ISO yang digunakan akan berbeda dengan setting ISO saat akan digunakan untuk memotret acara gerak jalan dikantor.
Baca lebih jauh mengenai ISO disini.

4. Periksa Setting Ukuran dan Format Foto

Ukuran foto
Memotret ribuan foto sekaligus, seperti misalnya saat anda hunting di kebun binatang, tentunya membutuhkan pengaturan ukuran foto yang berbeda dibandingkan memotret keluarga di studio misalnya, apalagi jika kartu memori yang anda miliki kapasitasnya berbeda.
Format foto, apakah harus memilih JPG atau RAW juga wajib dipertimbangkan sebelum sesi foto anda dimulai.

5. Periksa Settingan Mode Ekspposur Kamera

Setting mode eksposure
Dalam kamera SLR atau pocket, biasanya tersedia beberapa pilihan untuk mode eksposur yang anda pilih: Manual-Aperture Priority-Shutter Priority-Mode Program-dan beberapa preset bawaan kamera. Pastikan anda sudah mengetahui mode mana yang akan anda pilih.

Mengenai mode eksposur dan beberapa preset, silahkan baca lebih jauh disini.

Lakukan 5 persiapan diatas, maka acara hunting, sesi memotret maupun iseng-iseng memotret acara di RT anda akan lebih lancar dan anda juga akan terlihat lebih profesional.

Posted By Dhietcorner8:22:00 PM

20 Tips Komposisi Agar Foto Makin Keren

BelajarFotografi | Komposisi dalam bidang seni apapun adalah ibarat selera akan makanan, semua kembali ke preferensi  masing-masing. Namun begitu, ada beberapa panduan tertentu yang tak lekang waktu dan ikut di amini oleh mayoritas pelaku.
Duapuluh tips singkat komposisi untuk fotografi berikut disarikan dari beragam sumber tulisan serta buku fotografi dan semoga pembaca bisa menambah atau menguranginya dengan mengisi komentar di akhir tulisan. Isinya bukan aturan tapi panduan, karena sekali lagi komposisi adalah masalah selera.
  • Tarik perhatian ke arah subyek utama dalam foto. Manfaatkan warna, bentuk, cahaya atau garis supaya foto tampak kuat dan menyedot perhatian
    2918681424_4ebd1a42dc_m
  • Sederhana, makin sederhana susunan foto anda makin kuat kesan yang ditimbulkan
    853806749_b775c85369
  • Kurangi elemen yang tidak seirama. Jika menurut anda ada elemen tertentu yang merusak irama dan keharmonisan foto, singkirkan – tutupi – atau pindahkan sudut pemotretan supaya elemen tersebut hilang
    istock_000009494535small
  • Penuhi seluruh isi frame dengan obyek utama. Kadang foto yang kuat kesannya adalah foto yang tanpa background sama sekali
    istock_000010211189xsmall
  • Jangan biarkan ruang kosong mendominasi foto
    3909629229_bce2a169b5_m
  • Cek daerah disekitar garis frame, jangan biarkan ada tangan, kaki atau bagian penting obyek terpotong tanpa alasan kuat
  • Maksimalkan penggunaan point of view (titik pandang) yang menarik, jangan melulu memotret dari depan subyek
    istock_000003706484xsmall
  • Jangan lupa rule of third. Tarik garis imajiner yang membagi foto menjadi 9 bagian sama besar. Tempatkan obyek utama di persimpangan garis-garisnya
    2958127042_a5f79e9b29_o
  • Saat memotret orang, usahakan selalu agar mata berada diatas garis tengah foto
    istock_000003558969xsmall
  • Bagian paling terang dalam foto adalah bagian yang paling menyedot perhatian mata. Taruh obyek utama disana
    Sandcastle on Morro Strand State Beach, with Morro Rock visible in background, after sunset 24 Aug 2009
  • Background lah yang memperkuat kesan. Jadi jangan biarkan background mematikan obyek utama. Baca lebih jauh tentang background disini.
    2985066755_a23e402f28_m
  • Memotret secara horisontal memperkuat kesan lebar dan secara vertikal memperkuat kesan tinggi
  • Tajamkan mata untuk mengenali pola yang berulang, manfaatkan 
    22348414_9769281ba9_m
  • Tajamkan mata untuk mengenali pola simetri, manfaatkan
    350058516_10387c7459_m
  • Leading line dan kurva-S selalu menyenangkan dilihat
    istock_000011126150xsmall
  • Untuk memotret anak-anak, jongkoklah. Sejajarkan kamera dengan mata mereka
    DSC_3897b
  • Hindari menaruh titik perhatian tepat ditengah-tengah foto
  • Hindari meletakkan garis horison tepat di tengah foto, usahakan horison ada di sepertiga atas atau bawah
    Delineated
  • Jangan biarkan garis horison menabrak bagian obyek yang penting
  • Cek, cek dan cek lagi sesaat sebelum memencet shutter. Pastikan apa yang tampak di viewfinder sesuai keinginan anda
    Hydrant

Posted By Dhietcorner8:17:00 PM

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN : BUKTI EMPIRIS TEORI RUMAH TANGGA PERTANIAN

Filled under: ,


Nama Kelompok        :   ADITYA NURAHMAN (10110202)
                                      :   HERUL FITMAN HERMAWAN (13110293)
                                      :   PANDU ENDAR H (15110300)


ANALISIS PERMINTAAN PANGAN : BUKTI EMPIRIS TEORI RUMAH TANGGA PERTANIAN



Oleh : M. Husein Sawit




EKONOMI DAN KEUANGAN INDONESIA
Volume XLII Nomor 1, 1994





UNIVERSITAS GUNADARMA
JURUSAN SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI INFORMASI 2012







PENDAHULUAN
            Sejak lama pemerintah berusaha untuk meningkatkan pendapatan penduduk pedesaan melalui peningkatan produksi pertanian. Sejumlah infrastruktur dibangun di desa terutama irigasi dan prasarana penyuluhan termasuk juga pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan.
            Selama ini, subsidi input seperti pupuk, tingkat upah, luas tanah pertanian dan capital, hampir tidak pernah dikaitkan berpengaruh langsung pada konsumsi rumah tangga pedesaan. Suatu yang keliru bila seseorang menganggap rumah tangga tani sebagai unit konsumsi murni atau sebagai produksi murni. Rumah tangga tani menghasilkan produksi terutama pangan, sebagian dari produksinya dikonsumsikan, sisanya dijual ke pasar. Demikian juga, tenaga kerja yang digunakan di usahatani. Oleh karena itu, rumah tangga tani lebih tepat dikatakan sebagai campuran antara produsen dan konsumen.
            Tujuan umum makalah ini adalah untuk membangun model permintaan yang lebih realitis untuk rumah tangga pedesaan. Sedangkan tujuan spesifiknya: menganalisa perbedaan parameter permintaan rumah tangga yang diestimasi dengan Model Permintaan Konvensional (MPK) dibandingkan dengan Model Permintaan Rumah tangga pertanian (MPR), melihat pengaruh kenaikan upah, pengurangan/penghapusan subsidi pupuk, dan luas usahatani terhadap konsumsi tangga.

            DATA
            Data yang digunakan dalam studi ini berasal dari hasil penelitian Studi Dinamika Pedesaan, Survey Agro Ekonomi di DAS Cimanuk, Jawa Barat tahun 1983-1984, yang kemudian semua data tersebut dialihkan pengelolanya ke Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian (P/SE). Walaupun data ini relative lama, tapi tetap punya relevansi dengan masalah masa kini. Sejumlah 241 rumah tangga dipilih untuk studi studi ini, mereka umumnya pemilik dan penggarap, dan sebagian kecil dari mereka adalah penyewa.
            Umumnya mereka menghasilkan padi, ubi kayu, jagung, ubirambat dan kedele, dan jarang sekali sebagai penghasil satu jenis produk pertanian. Padi merupakan tanaman utama ditanam oleh hampir semua rumah tangga. Tanaman pangan nonpadi tersebut ditanam tidak merata di antara petani, sehingga tanaman tersebut digabungkan menjadi palawija agar jumlah sampel rumah tangga tidak berkurang. Oleh karena itu, dua komuditas pangan yang dianalisa yaitu padi dan palawija.
            Dalam penelitian ini, dianalisa tiga input variable terpenting yaitu tenaga kerja pria, wanita dan pupuk, karena proporsi masing-masing input tersebut terhadap biaya total lebih dari 10%, sedangkan input lainnya seperti bibit dan pertisida diabaikan, karena proporsinya terhadap ongkos total masing-masing input tersebut kurang dari 5%. Pemisahan tenaga kerja pria dan wanita adalah penting karena adanya perbedaan tugas dalam rumah tangga, kegiatan di usaha tani dan juga berbedanya kesempatan kerja terutama di luar pertanian.
            Rumah tangga pedesaan juga terlibat dalam berbagai kegiatan nonpertanian seperti pedagang keliling, warung, buruh, penarik becak, atau penjual jasa lainnya, dan industri rumah tang. Kegiatan nonpertanian ini digolongkan ke dalam tiga kategori besar, yaitu: pedagang, buruh industri, dan buruh pelayanan/jasa. Khusus untuk kegiatan perdagangan, upah (proksi dari upah) dihitung berdasarkan pendapatan atas tenaga keluarga. Kegiatan industry rumah tangga tidak dimasukkan dalam studi ini, karena joint profit sehingga tidak dapat ditaksir pendapatan untuk bagian tenaga kerja pria atau wanita. Oleh karena itu, tingkat upah nonpertanian ditaksir sebagai upah rata-rata tertimbang dari kegiatan perdaganga, buruh industri, dan buruh pelayanan/jasa.

            MODEL PERMINTAAN PANGAN
            Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa bekerjanya pasar tenaga kerja yang kompetitif di banyak tempat di Jawa. Kalau dianggap persoalan resiko tidak penting, dan diasumsikan juga tingkat harga atau tingkat upah sama pada waktu membeli dan menjualnya, maka model rumah tangga pertanian (MRP) bias diperlakukan recursive. Artinya konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh produksi pertanian, akan tetapi produksi bebas dari pengaruh konsumsi. Pendekatan recursive ini lebih sederhana dalam kita membangun model dan menguji berbagai hipotesa tentang perilaku rumah tangga.
            Selanjutnya dirumuskan fungsi produksi yang menampung dua output (padi dan palawija), tiga input variable (tenaga kerja pria, wanita, dan pupuk) dan dua input tetap (luas tanah garapan dan capital tetap). Fungsi produksi implisit ditulis sebagai berikut :
H (Q1, Q2, Lm, Lf, K1, K2) = 0                                                (1)

Di mana,
Q1 dan Q2 masing-masing tingkat produksi padi dan palawija;
Lm dan Lf sebagai total tenaga kerja (dalam dan luar keluarga), masing-masing untuk pria dan wanita. Tenaga kerja dalam dan luar keluarga dianggap dapat disubstitusikan secara sempurna, tapi tidak demikian halnya antara tenaga pria dan wanita;
F adalah pupuk kimia (total urea dan TSP); dan
K1 dan K2 adalah input tetap masing-masing luas tanah garapan dan capital tetap.
            Rumah tangga diasumsikan memaksimumkan daya guna dengan kendala produksi pertanian, waktu dan pendapatan. Daya guna tersebut dapat diperoleh dari konsumsi barang pertanian, waktu dan pendapatan. Daya guna tersebut dapat diperoleh dari konsumsi barang pertanian yang dihasilkan rumah tangga, barang yang dibeli dari pasar, dan waktu senggang. Oleh karena itu, fungsi daya guna rumah tangga dirumuskan sebagai berikut :
                                    U = U (Rm, Rf, C1, C2, M)                                                     (2)

Di mana,
Rm dan Rf adalah konsumsi waktu tidak bekerja, masing-masing untuk pria dan wanita dewasa. Waktu tidak bekerja ini ditaksir dari sisa waktu total setelah dikurangi waktu yang dipakai untuk bekerja.
C1 dan C2 adalah konsumsi padi dan palawija; dan M adalah konsumsi barang pasar.
            Fungsi daya guna rumah tangga diasumsikan kontinyu dan dapat diturunkan dua kali dan memenuhi syarat pertama dan kedua; dan utilitas marginal positif untuk semua barang.
            Rumah tangga menghadapi kendala waktu, masing-masing buat pria dan wanita dewasa sebagai berikut :
                                    Dm = Nm + NNm + Rm                                                                (3a)
                                    Df = Nf + NNf + Rf                                                        (3b)           


Di mana,
Dm dan Df adalah waktu yang tersedia yang dapat dipakai untuk bekerja dan tidak bekerja, masing-masing untuk pria dan wanita;
Nm dan Mf adalah waktu yang digunakan usaha tani sendiri, masing-masing untuk pria dan wanita;
NNm dan NNf adalah waktu yang digunakan di kegiatan nonpertanian masing-masing untuk pria dan wanita
Rm dan Rf adalah waktu tidak bekerja.
            Rumah tangga mengkonsumsikan sebagian padi dan palawija yang dihasilkannya. Padi dan palawija dpat dijual atau dibeli, pendapatan dari upah pertanian dan nonpertanian, pendapatan bersih dari nontenaga kerja. Pendapatan tersebut dirumuskan sebagai berikut :


Di mana,
qM adalah nilai barang pasar (M sebagai agregat kwantitas barang dan q adalah harganya. P1 dan P2 adalah harga masing-masing untuk padi dan palawija; Ww adalah harga pupuk; Wm dan Wf adalah tingkat upah di tanaman pangan, WNm dan WNf adalah tingkat upah nonpertanian; E adalah pendapatan bersih dari nontenaga kerja.
            Apabila kendala waktu (persamaan 3) disubstitusikan ke dalam persamaan pendapatan (4) dan selanjutnya persamaan 4 dapat ditulis sebagai beriku

            Selanjutnya fungsi daya guna rumah tangga (persamaan 2) dimaksimumkan dengan dua kendala yang telah diselesaikan yaitu produksi pertanian (persamaan 1) dan pendapatan (persamaan 5), sehingga fungsi Lagrangian dapat dirumuskan sebagai berikut :
            Analisis statis komparatif dipakai untuk mengevaluasi perubahan suatu variable independen (sedangkan variable lainnya dianggap tetap) pengaruhnya terhadap variable dependen.


IV. MODEL EKONOMETRI
            Model ekonometri telah disinggung di depan, pendekatan recursive digunakan dalam penelitian ini. Dengan pendekatan recursive memungkinkan kita mengestimasi produksi terpisah dengan konsumsi.
           
A.   Perilaku Rumah Tangga dalam Produksi
Dalam kasus fungsi produksi yang mencakup banyak output dan banyak input (multi output and multi-input) diduga dengan menggunakan fungsi yang fleksibel. Salah satu bentuk fungsi tersebut adalah fungi keuntugan translog. Dari fungsi keuntungan translog dapat diturunkan fungsi fungsi permintaan input (input demand) dan penawaran output (output supply). Model ekonometri persamaan pangsa untuk kasus dua input dan tiga input dituliskan sebagai berikut :


            Metode Iterative Seemingly Unrelated Regression (ITSUR) digunakan untuk menaksir parameter persamaan – persamaan 10a s/d 10c. Metode ini dapat menghasilkan parameter yang lebih stabil, karena metode ini hampir sama dengan metide the maximum likelihood (ML).
            Dalam teori ekonomi diperlukan persyaratan symmetry dan homogeneity yang harus dipenuhi pada persamaan – persamaan pangsa tersebut. Bukti berlaku tidaknya persyaratan symmetry tersebut, maka perlu diuji terlebih dahulu dengan uji F (F-Test).
            Estimasi persamaan pangsa input dan output memberlakukan persyaratan symmetry dan homogenity. Nilai koefisien yang diperoleh dari estimasi persamaan pangsa tersebut secara langsung tidak mempunyai pengertian ekonominya, tapi digunakan untuk menentukan besaran angka elastisitas permintaan input dan penawaran output. Nilai elastisitas tersebut dihitung pada nilai rata – rata dari variable dependen dan rumus yang dipakai seperti yang diperlihatkan oleh Fulginity dan Perrin (1990).
            Dari pembicaraan diatas dapat disimpulkan bahwa model ekonometri tersebut memenuhi syarat – syarat monotonicity dan convexity, sedangkan persyaratan homogenity dan symmetry diberlakukan (impose) dala model.

B.   Perilaku Rumah Tangga dalam Konsumsi
Fungsi permintaan tradisional diturunkan berdasarkan pendekatan daya guna langsung (direct utility atau pendekatan primal). Peneliti empiris menunjukan bahwa model linear approximation (LA) AIDS amat dekat hasilnya dengan model AIDS.
Model LA/AIDS dipakai dalam penelitian ini  untuk mengestimasi lima komoditas dan sejumlah karakteristik rumah tangga. Sama seperti dalam mengestimasi persamaan sistem permintaan input dan penawaran output, dalam mengestimasi LA/AIDS digunakan juga metode ITSUR dengan pangsa barang pasar dikeluarkan dari estimasi ekonometri.

Dalam model permintaan konvesional, pendapatan rumah tangga dianggap tetap, berbeda dengan rumah tangga pertanian yang memperlakukan pendapatan rumah tangga berubah, karena pengaruh keuntungan yang diperoleh dari produksi pertanian. Secara umum ditemukan perbedaan hasil di antara kedua model tersebut terutama berubahnya tujuh buah tanda elastisitas permintaan yaitu positif pada MPK menjadi negative di MPR atau sebaliknya.
Elastisitas permintaan padi terhadap harga kurang elastis dalam MPR disbanding dengan MPK (-0.55 lawan -0.74). Efek positif terhadap keuntungan, hanya mampu menutupi sebagian dari efek negatif dari subtitusi dan pendapatan. Adulavidhaya dkk (1984) melakukan penelitian dengan model di Thailand juga menemukan pola yang mirip yaitu elastisitas MPR (-0.37) yaitu lebih rendah (secara absolut) disbanding dengan MPK (-0.82).
Berbeda dengan padi, elastisitas permintaan palawija terhadap harga diri lebih tinggi di MPR disbanding dengan di MPK. Ini menunjukan bahwa besarnya efek keuntungan yg negative dari palawija telah menambah efek subtitusi dan pendapatan.
Elastisitas permintaan akan padi dan barang pasar terhadap upah pria dalam MPR adalah sama yaitu -0.04. Sedangkan elastisitas kedua komoditas tersebut terhadpa upah wanita masing masing -0.32 dan -0.40 dalam MPR.
Elastisitas permintaan palawija terhadap upah pria adalah negatif (-0.48) dan positif untuk upah wanita (1.01).
Dalam MPR memperlihatkan bahwa pekerja dalam rumah tangga berpengaruh positif terhadap konsumsinya. Elastisitas permintaan padi dan barang pasar terhadap jumlah pekerja, terutama pekerja pria yaitu 0.42 dan 0.22.
Elastisitas dalam permintaan padi, palawija dan barang pasar terhadap luas tanah garapan semuanya positif yaitu masing – masing 0.21;0.14 an 0.21. Walau inelastis meningkatnya luas garapan berpengaruh positif terhadap konsumsi rumah tangga.

VI. Ringkasan dan Kesimpulan
Model rumah tangga pertanian menunjukan bahwa factor produksi tetap dan harga input dapat berpengaruh langsung terhadap konsumsi rumah tangga. Pendekatan MPR lebih logis karena model yg dibangun lebih mirip dengan kenyataan yang di hadapi rumah tangga pedesaan yaitu mereka sebagai kombinasi antara prosusen dan konsumen pangan.
Penemuan dalam studi ini membuktikan bahwa pentingnnya memasukan komponen keuntungan dari produksi pertanian khususnya pangan kalau seseorang ingin mempelajari atau mengestimasi permintaan tidak kurang dari 50%. Model yang di kembangkan ini memerlukan data yang banyak dan biaya komputasinya yang lebih tinggi. Model ini (tentunya dengan berbagai modifikasi) dapat diterapkan di pedesaan luar jawa yang pada saat sekarang semakin banyak penelitian tingkat rumah tangga.

Tabel A1
Rumus Elastisitas Permintaan Komoditas Terhadap Variabel Exogenous dan
Karakteristik Rumah Tangga
Variabel Independen
Padi (C1)
Palawija (C2)
Barang Pasar (M)
Harga:
Harga Padi (P1)
(∂ ln C1 / ∂ ln P1)
-(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(P1 C1/Y*)
+(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(∂ ln π/ ∂ ln P1)(π/Y*)
(∂ ln C2 / ∂ ln P1)
-(∂ ln C2 / ∂ ln Y*)
(P1 C1/Y*)
+(∂ ln C2 / ∂ ln Y*)
(∂ ln π/ ∂ ln P1)(π/Y*)
(∂ ln M / ∂ ln P1)
-(∂ ln M / ∂ ln Y*)
(P1 C1/Y*)
+(∂ ln M / ∂ ln Y*)
(∂ ln π/ ∂ ln P1)(π/Y*)
Harga Palawija (P2)
(∂ ln C1 / ∂ ln P2)
-(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(P2 C1/Y*)
+(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(∂ ln π/ ∂ ln P1)(π/Y*)
(∂ ln C2 / ∂ ln P2)-(∂ ln C2/∂ ln Y*)(P2 C2/Y*)
+(∂ ln C2/∂ ln Y*)(∂ ln π/ ∂ ln P2)(π/Y*)
(∂ ln M / ∂ ln P2)
-(∂ ln M / ∂ ln Y*)
(P2 C2/Y*)
+(∂ ln M / ∂ ln Y*)
(∂ ln π/ ∂ ln P2)(π/Y*)
Harga Barang Pasar (q)
(∂ ln C1 / ∂ ln q)
-(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(qM/Y*)
(∂ ln C2 / ∂ ln q)
-(∂ ln C2 / ∂ ln Y*)
(qM/Y*)
(∂ ln M / ∂ ln q)
-(∂lnM/∂ ln Y*)(π/Y*)
Harga pupuk (Ww)
(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(∂ln π/∂ln Ww)(π/Y*)
(∂ ln C2 / ∂ ln Y*)
(∂ln π/∂ln Ww)(π/Y*)
(∂ ln M / ∂ ln Y*)
(∂ln π/∂ln Ww)(π/Y*)


Tabel A2
Elastisitas Penawaran Output. Permintaan Input dan Keuntungan

                                   Penawaran Output*                             Permintaan Input
Elasisitas Terhadap      Padi    Palawija     Tenaga       Tenaga       Pupuk (f)  Keuntungan
                                        Q1        Q2         Pria(Lm)   Wanita (Lt)                                  (π)
 

Harga Padi (P1)          0,607      0,05          1,582          1,424           1,671           1.593
                                   (10,06)                    (8,03)          (6,80)          (8,34)          (43,56)

Harga Palawija (P2)    0,001       0,06          0,102             0,099          -0764           0,035
                                                                                                                                       (3,71)

Harga Pupuk (Ww)     -0,074      1,559          -0,065          0,084            -0,341            -0,070
                                    (-8,28)                         (-0,98)        (-0,91)           (-0,81)         (-15,69)

Upah Wanita (Wm)     -0,359      -1,068         -1,066          -1,019            -0,334           -0,361
                                     (-8,28)                                    (-4,99)         (-4,57)           (-098)          (-13,93)

Upah Pria (Wf)           -0,175      -0,562         -0,553          -0,420            -0,232         -0,196
                                    (-6,80)                         (-4,57)         (-2,21)            (0,91)        (-13,24)

Luas Tanah                  0,992        1,832         1,026           1,088            1,065             0,986
Garapan (K1)              (43,40)                         (13,71)          (13,86)         (15,77)         (11,38)
 


Catatan:
*Elastisitas dihitung berdasarkan rumus yang di pakai oleh Fulginiti dan Perrin (1990) dan nilai di hitung pada tingkat harga rat-rata sampel.
**Dalam kurung adalah nilai 1 yang di hitung berdasarkan variance (cara hitungnya lihat Gujarati 1998: 634-635) dari rumus elastisitas

V. TINJAUAN PUSTAKA


Posted By Dhietcorner1:05:00 PM