Nama
Kelompok : ADITYA NURAHMAN (10110202)
: HERUL FITMAN HERMAWAN (13110293)
: PANDU ENDAR H (15110300)
ANALISIS PERMINTAAN PANGAN : BUKTI
EMPIRIS TEORI RUMAH TANGGA PERTANIAN
Oleh : M. Husein Sawit
EKONOMI DAN KEUANGAN INDONESIA
Volume XLII Nomor 1, 1994
UNIVERSITAS GUNADARMA
JURUSAN SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI
INFORMASI 2012
PENDAHULUAN
Sejak
lama pemerintah berusaha untuk meningkatkan pendapatan penduduk pedesaan
melalui peningkatan produksi pertanian. Sejumlah infrastruktur dibangun di desa
terutama irigasi dan prasarana penyuluhan termasuk juga pengeluaran untuk penelitian
dan pengembangan.
Selama
ini, subsidi input seperti pupuk, tingkat upah, luas tanah pertanian dan
capital, hampir tidak pernah dikaitkan berpengaruh langsung pada konsumsi rumah
tangga pedesaan. Suatu yang keliru bila seseorang menganggap rumah tangga tani
sebagai unit konsumsi murni atau sebagai produksi murni. Rumah tangga tani
menghasilkan produksi terutama pangan, sebagian dari produksinya dikonsumsikan,
sisanya dijual ke pasar. Demikian juga, tenaga kerja yang digunakan di
usahatani. Oleh karena itu, rumah tangga tani lebih tepat dikatakan sebagai
campuran antara produsen dan konsumen.
Tujuan
umum makalah ini adalah untuk membangun model permintaan yang lebih realitis
untuk rumah tangga pedesaan. Sedangkan tujuan spesifiknya: menganalisa perbedaan
parameter permintaan rumah tangga yang diestimasi dengan Model Permintaan
Konvensional (MPK) dibandingkan dengan Model Permintaan Rumah tangga pertanian
(MPR), melihat pengaruh kenaikan upah, pengurangan/penghapusan subsidi pupuk,
dan luas usahatani terhadap konsumsi tangga.
DATA
Data
yang digunakan dalam studi ini berasal dari hasil penelitian Studi Dinamika
Pedesaan, Survey Agro Ekonomi di DAS Cimanuk, Jawa Barat tahun 1983-1984, yang
kemudian semua data tersebut dialihkan pengelolanya ke Pusat Penelitian Sosial
Ekonomi Pertanian (P/SE). Walaupun data ini relative lama, tapi tetap punya
relevansi dengan masalah masa kini. Sejumlah 241 rumah tangga dipilih untuk
studi studi ini, mereka umumnya pemilik dan penggarap, dan sebagian kecil dari
mereka adalah penyewa.
Umumnya
mereka menghasilkan padi, ubi kayu, jagung, ubirambat dan kedele, dan jarang
sekali sebagai penghasil satu jenis produk pertanian. Padi merupakan tanaman
utama ditanam oleh hampir semua rumah tangga. Tanaman pangan nonpadi tersebut
ditanam tidak merata di antara petani, sehingga tanaman tersebut digabungkan
menjadi palawija agar jumlah sampel rumah tangga tidak berkurang. Oleh karena
itu, dua komuditas pangan yang dianalisa yaitu padi dan palawija.
Dalam
penelitian ini, dianalisa tiga input variable terpenting yaitu tenaga kerja
pria, wanita dan pupuk, karena proporsi masing-masing input tersebut terhadap
biaya total lebih dari 10%, sedangkan input lainnya seperti bibit dan pertisida
diabaikan, karena proporsinya terhadap ongkos total masing-masing input
tersebut kurang dari 5%. Pemisahan tenaga kerja pria dan wanita adalah penting
karena adanya perbedaan tugas dalam rumah tangga, kegiatan di usaha tani dan
juga berbedanya kesempatan kerja terutama di luar pertanian.
Rumah
tangga pedesaan juga terlibat dalam berbagai kegiatan nonpertanian seperti
pedagang keliling, warung, buruh, penarik becak, atau penjual jasa lainnya, dan
industri rumah tang. Kegiatan nonpertanian ini digolongkan ke dalam tiga
kategori besar, yaitu: pedagang, buruh industri, dan buruh pelayanan/jasa.
Khusus untuk kegiatan perdagangan, upah (proksi dari upah) dihitung berdasarkan
pendapatan atas tenaga keluarga. Kegiatan industry rumah tangga tidak
dimasukkan dalam studi ini, karena joint profit sehingga tidak dapat ditaksir
pendapatan untuk bagian tenaga kerja pria atau wanita. Oleh karena itu, tingkat
upah nonpertanian ditaksir sebagai upah rata-rata tertimbang dari kegiatan
perdaganga, buruh industri, dan buruh pelayanan/jasa.
MODEL PERMINTAAN PANGAN
Penelitian
terakhir memperlihatkan bahwa bekerjanya pasar tenaga kerja yang kompetitif di
banyak tempat di Jawa. Kalau dianggap persoalan resiko tidak penting, dan
diasumsikan juga tingkat harga atau tingkat upah sama pada waktu membeli dan
menjualnya, maka model rumah tangga pertanian (MRP) bias diperlakukan
recursive. Artinya konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh produksi pertanian,
akan tetapi produksi bebas dari pengaruh konsumsi. Pendekatan recursive ini
lebih sederhana dalam kita membangun model dan menguji berbagai hipotesa
tentang perilaku rumah tangga.
Selanjutnya
dirumuskan fungsi produksi yang menampung dua output (padi dan palawija), tiga
input variable (tenaga kerja pria, wanita, dan pupuk) dan dua input tetap (luas
tanah garapan dan capital tetap). Fungsi produksi implisit ditulis sebagai
berikut :
H
(Q1, Q2, Lm, Lf, K1, K2)
= 0 (1)
Di mana,
Q1 dan Q2
masing-masing tingkat produksi padi dan palawija;
Lm dan Lf
sebagai total tenaga kerja (dalam dan luar keluarga), masing-masing untuk pria
dan wanita. Tenaga kerja dalam dan luar keluarga dianggap dapat disubstitusikan
secara sempurna, tapi tidak demikian halnya antara tenaga pria dan wanita;
F adalah pupuk kimia (total urea dan
TSP); dan
K1 dan K2 adalah
input tetap masing-masing luas tanah garapan dan capital tetap.
Rumah
tangga diasumsikan memaksimumkan daya guna dengan kendala produksi pertanian,
waktu dan pendapatan. Daya guna tersebut dapat diperoleh dari konsumsi barang
pertanian, waktu dan pendapatan. Daya guna tersebut dapat diperoleh dari
konsumsi barang pertanian yang dihasilkan rumah tangga, barang yang dibeli dari
pasar, dan waktu senggang. Oleh karena itu, fungsi daya guna rumah tangga
dirumuskan sebagai berikut :
U
= U (Rm, Rf, C1, C2, M) (2)
Di mana,
Rm dan Rf adalah
konsumsi waktu tidak bekerja, masing-masing untuk pria dan wanita dewasa. Waktu
tidak bekerja ini ditaksir dari sisa waktu total setelah dikurangi waktu yang
dipakai untuk bekerja.
C1 dan C2 adalah
konsumsi padi dan palawija; dan M adalah konsumsi barang pasar.
Fungsi
daya guna rumah tangga diasumsikan kontinyu dan dapat diturunkan dua kali dan
memenuhi syarat pertama dan kedua; dan utilitas marginal positif untuk semua
barang.
Rumah
tangga menghadapi kendala waktu, masing-masing buat pria dan wanita dewasa
sebagai berikut :
Dm
= Nm + NNm + Rm (3a)
Df
= Nf + NNf + Rf (3b)
Di mana,
Dm dan Df adalah
waktu yang tersedia yang dapat dipakai untuk bekerja dan tidak bekerja,
masing-masing untuk pria dan wanita;
Nm dan Mf adalah
waktu yang digunakan usaha tani sendiri, masing-masing untuk pria dan wanita;
NNm dan NNf
adalah waktu yang digunakan di kegiatan nonpertanian masing-masing untuk pria
dan wanita
Rm dan Rf adalah
waktu tidak bekerja.
Rumah
tangga mengkonsumsikan sebagian padi dan palawija yang dihasilkannya. Padi dan
palawija dpat dijual atau dibeli, pendapatan dari upah pertanian dan nonpertanian,
pendapatan bersih dari nontenaga kerja. Pendapatan tersebut dirumuskan sebagai
berikut :
Di mana,
qM adalah nilai barang pasar (M
sebagai agregat kwantitas barang dan q adalah harganya. P1 dan P2
adalah harga masing-masing untuk padi dan palawija; Ww adalah harga
pupuk; Wm dan Wf adalah tingkat upah di tanaman pangan,
WNm dan WNf adalah tingkat upah nonpertanian; E adalah
pendapatan bersih dari nontenaga kerja.
Apabila
kendala waktu (persamaan 3) disubstitusikan ke dalam persamaan pendapatan (4)
dan selanjutnya persamaan 4 dapat ditulis sebagai beriku
Selanjutnya
fungsi daya guna rumah tangga (persamaan 2) dimaksimumkan dengan dua kendala
yang telah diselesaikan yaitu produksi pertanian (persamaan 1) dan pendapatan
(persamaan 5), sehingga fungsi Lagrangian dapat dirumuskan sebagai berikut :
Analisis
statis komparatif dipakai untuk mengevaluasi perubahan suatu variable
independen (sedangkan variable lainnya dianggap tetap) pengaruhnya terhadap
variable dependen.
IV. MODEL EKONOMETRI
Model ekonometri telah disinggung di
depan, pendekatan recursive digunakan dalam penelitian ini. Dengan pendekatan
recursive memungkinkan kita mengestimasi produksi terpisah dengan konsumsi.
A. Perilaku
Rumah Tangga dalam Produksi
Dalam kasus
fungsi produksi yang mencakup banyak output dan banyak input (multi output and
multi-input) diduga dengan menggunakan fungsi yang fleksibel. Salah satu bentuk
fungsi tersebut adalah fungi keuntugan translog. Dari fungsi keuntungan
translog dapat diturunkan fungsi fungsi permintaan input (input demand) dan
penawaran output (output supply). Model ekonometri persamaan pangsa untuk kasus
dua input dan tiga input dituliskan sebagai berikut :
Metode
Iterative Seemingly Unrelated Regression (ITSUR) digunakan untuk menaksir
parameter persamaan – persamaan 10a s/d 10c. Metode ini dapat menghasilkan
parameter yang lebih stabil, karena metode ini hampir sama dengan metide the
maximum likelihood (ML).
Dalam
teori ekonomi diperlukan persyaratan symmetry dan homogeneity yang harus
dipenuhi pada persamaan – persamaan pangsa tersebut. Bukti berlaku tidaknya
persyaratan symmetry tersebut, maka perlu diuji terlebih dahulu dengan uji F
(F-Test).
Estimasi
persamaan pangsa input dan output memberlakukan persyaratan symmetry dan
homogenity. Nilai koefisien yang diperoleh dari estimasi persamaan pangsa
tersebut secara langsung tidak mempunyai pengertian ekonominya, tapi digunakan
untuk menentukan besaran angka elastisitas permintaan input dan penawaran
output. Nilai elastisitas tersebut dihitung pada nilai rata – rata dari
variable dependen dan rumus yang dipakai seperti yang diperlihatkan oleh
Fulginity dan Perrin (1990).
Dari
pembicaraan diatas dapat disimpulkan bahwa model ekonometri tersebut memenuhi
syarat – syarat monotonicity dan convexity, sedangkan persyaratan homogenity
dan symmetry diberlakukan (impose) dala model.
B. Perilaku
Rumah Tangga dalam Konsumsi
Fungsi
permintaan tradisional diturunkan berdasarkan pendekatan daya guna langsung
(direct utility atau pendekatan primal). Peneliti empiris menunjukan bahwa
model linear approximation (LA) AIDS amat dekat hasilnya dengan model AIDS.
Model LA/AIDS
dipakai dalam penelitian ini untuk
mengestimasi lima komoditas dan sejumlah karakteristik rumah tangga. Sama
seperti dalam mengestimasi persamaan sistem permintaan input dan penawaran
output, dalam mengestimasi LA/AIDS digunakan juga metode ITSUR dengan pangsa
barang pasar dikeluarkan dari estimasi ekonometri.
Dalam
model permintaan konvesional, pendapatan rumah tangga dianggap tetap, berbeda
dengan rumah tangga pertanian yang memperlakukan pendapatan rumah tangga
berubah, karena pengaruh keuntungan yang diperoleh dari produksi pertanian.
Secara umum ditemukan perbedaan hasil di antara kedua model tersebut terutama
berubahnya tujuh buah tanda elastisitas permintaan yaitu positif pada MPK
menjadi negative di MPR atau sebaliknya.
Elastisitas
permintaan padi terhadap harga kurang elastis dalam MPR disbanding dengan MPK
(-0.55 lawan -0.74). Efek positif terhadap keuntungan, hanya mampu menutupi
sebagian dari efek negatif dari subtitusi dan pendapatan. Adulavidhaya dkk
(1984) melakukan penelitian dengan model di Thailand juga menemukan pola yang
mirip yaitu elastisitas MPR (-0.37) yaitu lebih rendah (secara absolut)
disbanding dengan MPK (-0.82).
Berbeda
dengan padi, elastisitas permintaan palawija terhadap harga diri lebih tinggi
di MPR disbanding dengan di MPK. Ini menunjukan bahwa besarnya efek keuntungan
yg negative dari palawija telah menambah efek subtitusi dan pendapatan.
Elastisitas permintaan akan padi
dan barang pasar terhadap upah pria dalam MPR adalah sama yaitu -0.04.
Sedangkan elastisitas kedua komoditas tersebut terhadpa upah wanita masing masing
-0.32 dan -0.40 dalam MPR.
Elastisitas permintaan palawija
terhadap upah pria adalah negatif (-0.48) dan positif untuk upah wanita (1.01).
Dalam MPR
memperlihatkan bahwa pekerja dalam rumah tangga berpengaruh positif terhadap
konsumsinya. Elastisitas permintaan padi dan barang pasar terhadap jumlah
pekerja, terutama pekerja pria yaitu 0.42 dan 0.22.
Elastisitas dalam permintaan
padi, palawija dan barang pasar terhadap luas tanah garapan semuanya positif
yaitu masing – masing 0.21;0.14 an 0.21. Walau inelastis meningkatnya luas
garapan berpengaruh positif terhadap konsumsi rumah tangga.
VI.
Ringkasan dan Kesimpulan
Model rumah tangga pertanian
menunjukan bahwa factor produksi tetap dan harga input dapat berpengaruh
langsung terhadap konsumsi rumah tangga. Pendekatan MPR lebih logis karena
model yg dibangun lebih mirip dengan kenyataan yang di hadapi rumah tangga pedesaan
yaitu mereka sebagai kombinasi antara prosusen dan konsumen pangan.
Penemuan dalam studi ini
membuktikan bahwa pentingnnya memasukan komponen keuntungan dari produksi
pertanian khususnya pangan kalau seseorang ingin mempelajari atau mengestimasi
permintaan tidak kurang dari 50%. Model yang di kembangkan ini memerlukan data
yang banyak dan biaya komputasinya yang lebih tinggi. Model ini (tentunya
dengan berbagai modifikasi) dapat diterapkan di pedesaan luar jawa yang pada
saat sekarang semakin banyak penelitian tingkat rumah tangga.
Tabel A1
Rumus Elastisitas Permintaan
Komoditas Terhadap Variabel Exogenous dan
Karakteristik Rumah Tangga
Variabel Independen
|
Padi (C1)
|
Palawija (C2)
|
Barang Pasar (M)
|
Harga:
Harga
Padi (P1)
|
(∂ ln C1 / ∂ ln P1)
-(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(P1 C1/Y*)
+(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(∂ ln π/ ∂ ln P1)(π/Y*)
|
(∂ ln C2 / ∂ ln P1)
-(∂ ln C2 / ∂ ln Y*)
(P1 C1/Y*)
+(∂ ln C2 / ∂ ln Y*)
(∂ ln π/ ∂ ln P1)(π/Y*)
|
(∂ ln M / ∂ ln P1)
-(∂ ln M / ∂ ln Y*)
(P1 C1/Y*)
+(∂ ln M / ∂ ln Y*)
(∂ ln π/ ∂ ln P1)(π/Y*)
|
Harga
Palawija (P2)
|
(∂ ln C1 / ∂ ln P2)
-(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(P2 C1/Y*)
+(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(∂ ln π/ ∂ ln P1)(π/Y*)
|
(∂ ln C2 / ∂ ln P2)-(∂ ln C2/∂ ln Y*)(P2
C2/Y*)
+(∂ ln C2/∂ ln Y*)(∂ ln π/ ∂ ln P2)(π/Y*)
|
(∂ ln M / ∂ ln P2)
-(∂ ln M / ∂ ln Y*)
(P2 C2/Y*)
+(∂ ln M / ∂ ln Y*)
(∂ ln π/ ∂ ln P2)(π/Y*)
|
Harga
Barang Pasar (q)
|
(∂ ln C1 / ∂ ln q)
-(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(qM/Y*)
|
(∂ ln C2 / ∂ ln q)
-(∂ ln C2 / ∂ ln Y*)
(qM/Y*)
|
(∂ ln M / ∂ ln q)
-(∂lnM/∂ ln Y*)(π/Y*)
|
Harga
pupuk (Ww)
|
(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(∂ln π/∂ln Ww)(π/Y*)
|
(∂ ln C2 / ∂ ln Y*)
(∂ln π/∂ln Ww)(π/Y*)
|
(∂ ln M / ∂ ln Y*)
(∂ln π/∂ln Ww)(π/Y*)
|
Tabel A2
Elastisitas Penawaran Output.
Permintaan Input dan Keuntungan
Penawaran Output* Permintaan Input
Elasisitas Terhadap Padi
Palawija Tenaga Tenaga Pupuk (f) Keuntungan
Q1
Q2 Pria(Lm) Wanita (Lt) (π)
Harga Padi (P1) 0,607 0,05 1,582 1,424 1,671 1.593
(10,06) (8,03) (6,80) (8,34) (43,56)
Harga Palawija (P2) 0,001 0,06 0,102 0,099 -0764 0,035
(3,71)
Harga Pupuk (Ww) -0,074 1,559 -0,065
0,084 -0,341 -0,070
(-8,28) (-0,98)
(-0,91) (-0,81) (-15,69)
Upah Wanita (Wm) -0,359 -1,068 -1,066
-1,019 -0,334 -0,361
(-8,28) (-4,99)
(-4,57) (-098) (-13,93)
Upah Pria (Wf) -0,175 -0,562 -0,553 -0,420 -0,232 -0,196
(-6,80) (-4,57)
(-2,21) (0,91) (-13,24)
Luas Tanah 0,992 1,832
1,026 1,088 1,065 0,986
Garapan (K1) (43,40) (13,71) (13,86) (15,77) (11,38)
Catatan:
*Elastisitas dihitung berdasarkan
rumus yang di pakai oleh Fulginiti dan Perrin (1990) dan nilai di hitung pada
tingkat harga rat-rata sampel.
**Dalam kurung adalah nilai 1
yang di hitung berdasarkan variance (cara
hitungnya lihat Gujarati 1998: 634-635) dari rumus elastisitas
V.
TINJAUAN PUSTAKA
0 komentar:
Post a Comment