PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
(PDRB) KABUPATEN SUMEDANG
MENURUT LAPANGAN USAHA
TAHUN 2005 – 2009
Kerjasama :
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUMEDANG
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN SUMEDANG
TAHUN 2010
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR ISI ……………………………….......……………........... i
BAB I TINJAUAN UMUM
1.1. Latar Belakang ……..……….………………............... 1
1.2. Manfaat Statistik Pendapatan Regional/PDRB...... 2
BAB II METODOLOGI
2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto ....... 4
2.2. Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB.............. 4
2.2.1. Pendekatan Produksi ……..….……......................... 4
2.2.2. Pendekatan Pendapatan .…………......................... 4
2.2.3. Pendekatan Pengeluaran ….………......................... 5
2.3. Pendapatan Regional ………………………….......... 5
BAB VI PENUTUP.......................................................................... 6
LAMPIRAN....................................................................................... 7-8
i
BAB I
TINJAUAN UMUM
1.1. Latar Belakang
Ditengah masih melesunya perekonomian dunia akibat badai krisis financial yang menghantam ekonomi dunia sejak akhir tahun 2008 hingga pertengahan tahun 2009, Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara dikawasan Asia Pasifik yang mampu bertahan dari hantaman badai krisis tersebut. Kala hampir seluruh negara di Asia mencatat pertumbuhan ekonomi negatif akibat krisis global, China, India dan Indonesia justru mencatat pertumbuhan ekonomi yang positif, serta memiliki prospek ekonomi yang menjanjikan.
Meskipun prospek perekonomian negara maju masih suram, secara keseluruhan perekonomian Indonesia tahun 2009 bergerak lepas dari berbagai permasalahan ekonomi dunia dan mencatat pertumbuhan ekonomi 4,5 persen. Angka tersebut cukup meyakinkan ditengah melesunya perekonomian global.
Sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional, pada tahun 2009 Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu kontributor utama terhadap perekonomian nasional pun mengalami pertumbuhan positif.Pada tahun 2009 perekonomian Jawa Barat tumbuh 4,29 persen, sedikit melambat bila dibandingkamn dengan tahun sebelumnya yang mencapai 5,83 persen.
Demikian pula dengan Kabupaten Sumedang yangmerupakan salah satu daerah yang cukup memberikan kontribusi terhadapperekonomian JawaBarat. Pada tahun 2009 perekonomian KabupatenSumedang tumbuh 4,76 persen.
Pertumbuhan yang cukup tinggi bila dibandingkan tahunsebelumnya yang mencapai 4,58 persen dan melebihi pertumbuhan ekonomi yang dicapai Jawa Barat maupun nasional. Trend laju pertumbuhan ekonomi Sumedang cenderung menunjukan peningkatan yang positif dari tahun ketahun. Peningkatan tersebut merupakan hasil kerjasama yang terus dibangun
1
oleh berbagai stakeholder daerah terbaik dalam kerangka kelembagaan politik maupun peran aktif dunua swasta dan masyarakat secara langsung.
Disamping itu, dalam rangka meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu sasaran pembangunan daerah diperlukan keterpaduan gerak langkah pembangunan dari berbagai pihak secara sinergis, kondusif dan berkelanjutan. Meskipun demikian, dalam setiap proses pembangunanmasih terbentur oleh berbagai macam kendala yang perludiantisipasi. Untuk mengantisipasi kendala – kendala tersebut dan gunamendukung visi dan misi Kabupaten Sumedang diperlukan data daninformasi statistik yang akurat dan berkesinambungan.
Data dan informasi ini, khususnya data ekonomi makro dapat dijadikansebagai salah satu bahan evaluasi hasil pembangunan yang telah dicapai dan perencanaan dimasa yang akan datang.
Untuk mengukur sejauh mana keberhasilan kinerja perekonomian regional,maka dibuat indikator makro yang biasa digunakan sebagai penilaian kinerja perekonomian. Indikator tersebut diantaranya adalahProduk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB ini dapat menggambarkanpertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu tertentu, dapat menggambarkanstruktur ekonominya dan dapat menggambarkan analisisnya terhadapkinerja sektor perekonomian.
PDRB sebagai indikator ekonomi makro dapat dimanfaatkan sebagai :
1. PDRB atas dasar harga berlaku nominal menunjukkankemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatuwilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar.
2. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan pendapatanyang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatudaerah.
3. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untukmenunjukkan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) secarakeseluruhan maupun sektoral dari tahun ke tahun.
2
4. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut sektormenunjukkan struktur perekonomian yang menggambarkanperanan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor – sektorekonomi yang mempunyai peran yang besar menunjukkan basisperekonomian yang mendominasi perekonomianwilayah tersebut.
5. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilaiPDRB per satu orang penduduk (pendapatan per kapita).
3
BAB II
METODOLOGI
2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi didalam suatu wilayah atau daerah pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, tanpa memperhitungkan kepemilikan.
2.2. Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB
Pendekatan penyusunan PDRB atas dasar harga berlaku dapat dihitungmelalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Yangdimaksud metode langsung adalah metode penghitungan denganmenggunakan data yang bersumber dari data dasar masing masing daerah.Metode langsung tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 3 macampendekatan yaitu:
· pendekatan produksi (Production Approach),
· pendekatan pendapatan (Income Approach), dan
· pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach). Metode tidak langsungadalah metode penghitungan dengan cara alokasi yaitu mengalokir PDRBpropinsi ke kabupaten / kota dengan memakai berbagai macam indikatorproduksi atau indikator lainnya yang cocok sebagai alokator.
2.2.1. Pendekatan Produksi
Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dengan caramengurangkan biaya antara dari masing - masing nilai produksi bruto tiap –tiap sektor atau subsektor.
2.2.2. Pendekatan Pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomidihitung dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaituupah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto.Untuk sektor pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidakdiperhitungkan. Yang termasuk dalam surplus usaha disini adalah bunga,sewa tanah dan keuntungan kotor.
4
2.2.3. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir daribarang dan jasa di dalam suatu wilayah. Jadi produk domestik regional brutodiperoleh dengan cara menghitung berbagai komponen pengeluaran akhiryang membentuk produk domestik regional tersebut. Secara umumpendekatan pengeluaran dapat dilakukan dengan berbagai carasebagai berikut:
a. Melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metodearus barang, metode penjualaneceran dan metode penilaian eceran b. Melaluipendekatan permintaan yang terdiri dari pendekatansurvei pendapatan & pengeluaran rumah tangga, metodedata anggaran belanja, metode balance sheet dan metodestatistik luar negeri pada prinsipnya kedua cara inidimaksudkan untuk memperkirakan komponen –komponen permintaan akhir seperti konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetapbruto dan perdagangan antar wilayah (termasukekspor dan impor antar negara).
2.3. Pendapatan Regional
Istilah Pendapatan Regional merupakan sebutan yang lebih populer dalampublikasi PDRB. Namun dalam kenyataannya, pendapatan regional sulituntuk dihitung mengingat sukarnya mendeteksi arus pendapatan yangmengalir antar regional / propinsi. Oleh karena keterbatasan tersebut, makayang sering atau umum dipakai adalah Produk Domestik Regional Netto(PDRN). PDRN Atas Biaya Faktor Produksi merupakan PDRB setelahdikeluarkan biaya penyusutan barang-barang modal karena aus akibatdigunakan dalam proses produksi, dan pajak tidak langsung netto (pajaksetelah dikurangi subsidi pemerintah).
5
BAB VI
PENUTUP
Dari uraian hasil pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan :
1. PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Sumedang mengalamikenaikan 8,61 persen yaitu dari Rp. 10.300,94 milyar tahun 2008menjadi Rp. 11.188,17 milyar tahun 2009.
2. Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kabupaten Sumedang tahun2009 mencapai 4,76 persen.
3. Kabupaten Sumedang merupakan wilayah dengan strukturpertanian karena masih merupakan daerah dengan sektorpertanian sebagai penyumbang terbesar dalam perekonomianKabupaten Sumedang. Perkembangan struktur ekonomi tersebutcukup stabil dari tahun ke tahun.
4. Pendapatan per kapita meningkat dari Rp. 9.537.953,83 tahun 2008menjadi Rp. 10.238.008,66 tahun 2009 atau naik 7,34 persen.
5. Indeks implisit meningkat dari 200,53 tahun 2008 menjadi 207,90tahun 2009 sehingga diperoleh laju inflasi PDRB 3,68 persen padatahun 2009.
6
LAMPIRAN
INDEKS IMPLISIT PDRB KABUPATEN SUMEDANG MENURUT LAPANGAN
USAHA TAHUN 2005 – 2009
( PERSEN )
LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PERTANIAN 162,09 183,23 197,62 216,60 224,70
1.1 Tanaman Bhn Makanan 166,04 190,09 206,25 221,18 229,08
1.2 Perkebunan 148,80 158,64 169,36 190,80 197,94
1.3 Peternakan 147,99 162,52 170,69 204,55 213,55
1.4 Kehutanan 150,14 161,16 173,53 194,17 197,39
1.5 Perikanan 175,63 199,20 214,88 257,25 267,65
PERTAMBANGAN DAN
PENGGALIAN 177,73 201,31 217,33 235,08 240,86
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - - -
2.2 Prtmbngan tnp Migas - - - - -
2.3 Penggalian 177,73 201,31 217,33 235,08 240,86
INDUSTRI PENGOLAHAN 143,80 157,02 68,42 181,74 189,55
3.1 Industri Migas - - - - -
3.2 Industri Tanpa Migas 143,80 157,02 168,42 181,74 189,55
LISTRIK, GAS & AIR
BERSIH 169,76 188,74 197,84 207,62 210,26
4.1 Listrik 171,35 190,58 199,39 209,25 211,98
4.2 Gas Kota - - - - -
4.3 Air Bersih 122,30 130,07 137,45 142,34 142,44
BANGUNAN/KONTRUKSI 143,32 153,85 158,79 170,83 174,79
PERDAGANGAN, HOTEL
DAN RESTORAN 155,87 168,21 177,80 194,50 201,90
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 159,12 172,17 182,42 199,05 206,37
6.2 Hotel 183,69 194,88 200,40 215,72 220,09
6.3 Restoran 142,08 151,86 159,06 176,56 184,67
7
LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PENGANGKUTAN DAN
KOMUNIKASI 183,06 201,80 213,78 240,55 243,55
7.1 Pengangkutan 185,09 205,01 216,75 246,02 249,55
7.1.1 Angkutan Rel - - - - -
7.1.2 Angkutan Jalan
Raya 186,50 206,95 218,78 248,68 252,13
7.1.3 Angkutan laut - - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai &
Penyebrangan - - - - -
7.1.5 Angkutan Udara - - - - -
7.1.6 Jasa Penunjang
Angkutan 155,27 163,25 172,06 187,52 192,19
7.2 Komunikasi 171,44 184,24 198,26 213,95 215,81
KEUANGAN, PERSEWAAN
DAN JASA PERUSAHAAN 168,31 179,58 189,62 204,12 212,96
8.1 Bank 284,10 313,06 327,28 357,36 365,98
8.2 Lembaga Keuangan
Lainnya 146,35 169,09 173,31 184,44 192,68
8.3 Sewa Bangunan 130,63 134,63 142,85 149,20 155,74
8.4 Jasa perusahaan 138,95 154,68 164,11 174,47 179,25
JASA – JASA 160,86 175,85 195,05 214,36 221,43
9.1 Pemerintahan Umum 169,18 189,22 213,20 234,97 242,17
9.2 Swasta 143,42 147,59 157,17 171,74 179,16
9.2.1 Jasa Sosial
Kemasyarakatan 144,81 148,56 157,06 179,89 188,34
9.2.2 Jasa Hiburan dan
Rekreasi 136,73 139,82 150,35 157,34 164,43
9.2.3 Jasa Perseorangan
dan Rumahtangga 142,63 147,53 157,05 163,53 169,66
PDRB 156,41 171,84 183,93 200,53 207,90
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara